Suatu hari di minggu ini adalah hari yang sangat spesial bagi keluarga kami. Di hari itu, kami akhirnya mendapatkan kabar yang sudah terus kami doakan dan nantikan selama tiga tahun perjalanan kami di Australia. Kami mendapatkan bridging visa untuk menjadi Australian Permanent Resident. Looking back, tiga tahun terakhir ini adalah tiga tahun yang sangat berat, namun juga tiga tahun yang sangat penuh berkat.

Saya ingin membagikan tiga hal yang telah saya pelajari dan yang akan saya terus bawa ke kehidupan saya selanjutnya, yang juga harapannya menjadi tips untuk pribadi-pribadi yang sedang berjuang dalam bentuk apapun.

  1. Berdoa dan Berusaha
    Salah satu hal yang saya pelajari dengan keras adalah untuk mengandalkan Tuhan dan bukan mengandalkan manusia. Psalm 118:8: “It is better to take refuge in the Lord than to trust in man.” Di chapter mula-mula saya ke Australia, saya mendapatkan sponsor dari perusahaan, dan saya terlena. Saya pikir, semuanya akan baik-baik saja. Singkat cerita, saya mengalami beberapa hal yang di luar dugaan saya, dari situ saya tahu kalau tidak ada gunanya mengandalkan manusia, saya hanya dapat mengandalkan Tuhan!

Mengandalkan Tuhan tidak cukup dengan hanya berdoa. Tapi juga berusaha. Titik rendah saya mengajarkan saya untuk selalu berusaha mempraktekkan Ora et labora, atau berdoa sambil bekerja. Motto dan semangat dari Ordo Benediktin ini menjadi rhema dalam perjalanan saya. Saya tidak bisa terlena akan apa yang sudah ada. Saya harus terus berusaha lebih baik lagi mengembangkan talenta yang Tuhan sudah berikan pada saya. Dan doa-lah yang terus memberikan kekuatan bagi keluarga kami untuk bergerak satu langkah lagi.

Kami belajar untuk menjadikan doa sebagai budaya keluarga kami. Kami terus mendoakan 54 days rosary novena sampai hari ini.

  1. Berkomunitas
    Komunitas paling kecil dimulai dari keluarga fisik yang Tuhan sudah berikan kepada kita. Mereka adalah orang-orang yang telah dikaruniakan Tuhan untuk berada bersama kita, entah apapun yang terjadi. Tiga tahun ini menjadikan saya dan pasangan semakin erat sebagai suami dan istri, menjadi lebih bersatu di dalam Tuhan.

Setelah dengan pasangan, saya belajar untuk terus mengusahakan menjalin relasi yang lebih baik lagi. Mengalami Kristus yang lebih nyata lagi setiap hari dalam keluarga kami.

Keluarga atau komunitas rohani juga tidak kalah pentingnya. Saya tidak dapat menghitung betapa banyaknya doa yang telah dikumandangkan oleh teman-teman komunitas untuk keluarga kami.

Hebrews 10:24-25: “And let us consider one another in order to stir up love and good works, not forsaking the assembling of ourselves together, as is the manner of some, but exhorting one another, and so much the more as you see the Day approaching.

  1. Beriman!
    Perjalanan sebagai temporary resident, terutama pemegang working visa, sangat menegangkan. Ada banyak saat dimana kami hanya dapat beriman, setelah berusaha dan berdoa sebaik-baiknya. Namun, satu demi satu hal, Tuhan selalu tunjukkan bahwa Ia selalu memberikan yang terbaik bagi keluarga kami. Proverbs 3:5: “Trust in the LORD with all your heart, and lean not on your own understanding.

Berdoa dan Berusaha, Berkomunitas, Beriman. Tiga hal ini yang saya akan bawa terus dalam kehidupan saya ke depan. Saya berharap, semoga ini juga bisa menjadi berkat untuk teman-teman. (LGA)

Tags:

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *