Renungan Katolik “Bahasa Kasih”

Selasa, 13 Mei 2025

Kis 11:19-26

Mzm 87:1-7

Yoh 10:22-30

Siapa Aku?

Yesus menjawab mereka: “Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku. – Yoh 10:25

Jika ingin mengetahui asal seseorang dan mengenalnya, apa yang kita lakukan? Tentu saja kita akan mencari tahu apapun yang berkaitan dengannya. Siapa namanya, berapa bersaudara, tinggal di mana, apa pekerjaan dan kegiatannya sehari-hari, apa yang ia sukai, apa yang orang lain tahu tentangnya, dan masih banyak lainnya. Namun sebelum itu semua, pasti hal pertama untuk mengenalnya adalah dari apa yang bisa kita lihat secara langsung, yakni bagaimana parasnya, suaranya, apa yang ia lakukan, perkataan dan perbuatannya.

Dari perkataan dan sikap Yesus dalam Injil Yohanes ini, kita dapat mengetahui siapa dan sosok-Nya. Ia rendah hati, penuh kasih, dan begitu sabar, terutama dalam menghadapi orang-orang Yahudi yang menolak keberadaan-Nya, yang tentu saja, sangat menguji kesabaran. Ia pemberani, bermental kuat, dan tak mudah mengeluh. Ia juga orang yang taat dan setia. Ia merupakan seorang utusan Bapa, karenanya Ia melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa. Itu adalah Yesus, lalu bagaimana dengan kita? Siapakah kita? Seperti halnya bagaimana kita mengenali Yesus dari bacaan hari ini, orang lain juga akan mengenali kita dari apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan. Karena itu, jika kita mengaku sebagai murid-Nya, harusnya setiap orang yang bertemu dengan kita bisa mengenali dan merasakan-Nya melalui keberadaan kita; dari perkataan, pemikiran, perbuatan, bagaimana sikap dan sifat kita. 

Hmm, siapa aku? Saya lahir dari keluarga katolik yang aktif, sehingga sudah mengenal, melayani, dan merasakan kasih-Nya dari kecil. Saya bersyukur akan hal itu, namun belum sepenuhnya memancarkan keberadaan-Nya dalam diri saya sendiri. Sampai saat ini saya masih berjuang untuk bisa menjadi cerminan-Nya dalam keseharian, terutama saat berada dalam kondisi titik terendah. Meski harus jatuh bangun, saya bersyukur masih diberi kesempatan untuk menjadi pancaran wajah-Nya. (Cr).

Tuhan, terima kasih sudah boleh menjadi pancaran kasih-Mu.

Aku mau terus menghidupi-Mu agar orang lain dapat mengenal dan merasakan kasih-Mu melalui aku.

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *