Renungan Katolik “Bahasa Kasih”

Sabtu, 28 Juni 2025

Pw Hati Tak Bernoda SP Maria

Yes 61:9-11

MT 1Sam 2:4-8

Luk 2:41-51

Penyucian di Dunia

Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. – Luk 2:51

Sebagai seorang ibu, Bunda Maria merasakan rasa khawatir karena putranya lepas dari pengawasannya. Dan ketika sudah menemukan Yesus di bait Allah, kalimat yang diterima Bunda Maria dari Yesus justru tidak sesuai yang diharapkan, kurang lebih seperti ini; mengapa ibu mencariku? Kalimat tersebut menyiratkan seolah Yesus tidak memahami perasaan ibunya yang campur aduk dengan rasa khawatir, takut jika anaknya mengalami sesuatu yang tidak baik. Namun sikap Bunda Maria tetap tenang, menyimpan semua itu di dalam hatinya.

Saya teringat dengan seorang sahabat, dimana pada waktu itu saya cukup sering memberikan saran ataupun teguran dengan kalimat-kalimat yang cukup keras. Hal tersebut tidak menjadi masalah bagi kami, karena relasi kami yang dekat. Salah satu respon dia yang masih saya ingat adalah; “kak silahkan jika ingin kasih teguran, nasihat apapun, jangan sungkan, saya malah seneng dan nanti akan saya olah”. Bagi saya respon tersebut merupakan tanggapan yang sangat bijak, ia mengerti bahwa teguran/saran yang saya berikan karena rasa peduli saya kepadanya, sehingga ia tidak menganggapnya sebagai penghakiman, sebaliknya ditanggapi sebagai ungkapan kasih dan kepedulian dalam suatu relasi pertemanan.

Seperti halnya Bunda Maria yang selalu menyimpan segala perkara dalam hati, maknanya adalah menyikapi segala persoalan dengan sikap tenang, mencermati dengan teliti dari segala sudut pandang, tidak mengedepankan emosi, sehingga rahmat hikmat bijaksana Tuhan pun dapat terlihat, dan tentunya jadi mengerti apa maksud Tuhan dari peristiwa yang dialami.

Sahabat yang terkasih, persoalan hidup akan selalu ada di sepanjang hidup kita di dunia, hal tersebut sebagai sarana manusia ditempa untuk dimurnikan dalam persiapan menuju hidup Kudus di kehidupan kekal. Oleh karena itu, mari kita sadari bahwa penyucian kita dimulai dari hidup kita di dunia, sampai kelak kita sungguh layak menurut-Nya masuk ke dalam persekutuan para Kudus di surga. (In).

Allah Bapa di surga, mohon rahmat-Mu untuk kami mampu berjalan dalam pemurnian di dunia ini.

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *