Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Kamis, 11 September 2025
Kol 3:12-17
Mzm 150:1-6
Luk 6:27-38
Kasih Tanpa Batas
Aku berkata: Kasihilah musuhmu , berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu . – Luk 6:27b-29
Mungkinkah saya mengasihi orang yang telah menyakiti? Memfitnah? Memperlakukan saya secara tidak adil, berkata-kata pedas dan merendahkanku? Harus diakui, mengasihi orang yang telah menyakiti kita bukanlah hal mudah. Jangankan mengasihi, untuk mengampuni saja belum tentu kita bersedia.
Tetapi saya disadarkan, bahwa jika fokus pada perilaku orang yang menyakiti, kejahatannya, hinaannya, atau kekejamannya, maka akan sulit untuk mengasihinya. Saya tidak berhak untuk menghakimi mereka karena menghakimi adalah hak Allah. Saya harus tetap memberikan kasih walaupun telah disakiti dan seharusnya belajar untuk hidup di dalam kasih Tuhan dengan memberikan pengampunan dan berdoa bagi mereka agar Tuhan sendiri yang mengubah mereka.
Di Tahun Yubileum ini, saya memiliki komitmen untuk mau memperbaharui diri dengan melakukan perdamaian dan rekonsiliasi dengan sesama di dalam Kasih Kristus. Kasih bukan hanya sekedar perasaan, tetapi lebih kepada tindakan nyata. Jika saya mampu mengasihi orang yang menyakiti, maka hal itu mencerminkan kasih Yesus ada dan tinggal dalam diriku. Saya mau menghidupkan kasih sebagai anak Allah yang telah begitu banyak menerima kasih dari-Nya.
“Love to be real, it must cost, it must hurt, it must empty us of self.” – Cinta yang nyata, itu harus berharga, harus menyakitkan, harus mengosongkan diri kita. – Mother Teresa – (TL).
Maukah aku memberikan kasih tanpa batas terhadap orang yang menyakitiku?
No responses yet