Awal tahun 2025, saat deployment bulan Februari, saya duduk makan bersama seseorang yang saya tahu cukup skeptis terhadap agama karena pengalaman hidupnya yang penuh kepahitan. Ia berasal dari latar belakang Italia yang mayoritas beragama Katolik, tetapi sejak kecil ia dibuang oleh orang tuanya dan akhirnya dibesarkan oleh kakek neneknya.

Sebelum mulai makan, saya selalu berdoa. Mungkin karena rasa penasaran, ia bertanya kepada saya mengapa saya selalu berdoa sebelum makan baik saat sarapan, morning tea, makan siang maupun makan malam. Jawaban saya singkat: saya ingin terus bersyukur dan berterima kasih atas apa yang Tuhan sudah sediakan dalam hidup saya, serta meminta Tuhan untuk selalu turut campur dalam kehidupan saya.

Setelah mendengar pertanyaannya itu, saya merasa terpanggil untuk membawa dia kembali kepada Tuhan. Singkat cerita, beberapa hari kemudian, saya dan dokter di kapal tempat saya bekerja mulai rutin menonton film The Chosen setiap malam setelah makan malam. Pada hari itu saya mengajaknya untuk ikut menonton, tetapi ia menolak dengan sopan.

Namun, seminggu sebelum deployment saya berakhir, tiba-tiba ia bertanya apakah saya membawa Alkitab. Saya memberitahunya bahwa saya hanya memiliki Alkitab berbahasa Indonesia. Dengan penasaran, saya bertanya mengapa ia mencarinya. Ia lalu bercerita bahwa belakangan ini ia mulai menonton The Chosen setiap malam di kamarnya. Saya terkejut sekaligus bahagia karena Tuhan mulai bekerja dalam hidupnya.

Deployment pun selesai dan saya tidak bertemu dengannya selama lima bulan. Pada deployment berikutnya di bulan Juli, saya akhirnya bertemu dengannya kembali dan dokter teman menonton saya membawakan Alkitab berbahasa Inggris untuknya. Ia sangat senang menerimanya. Saya terus mengajaknya menonton film House of David bersama, tetapi ia kembali menolak dengan sopan. Sampai deployment berakhir, situasinya tetap sama.

Pada bulan September, kami memulai deployment berikutnya. Saya bertemu lagi dengannya, dan ia bercerita bahwa ia sudah menyelesaikan seluruh lima sesi film The Chosen dan juga membaca Alkitab yang ia terima. Ia mulai bertanya tentang ayat-ayat yang ia baca, dan kami pun mulai berdiskusi setiap kali bertemu. Dari sini saya melihat pekerjaan dan waktu Tuhan yang luar biasa. Jika Dia mau membawa satu jiwa kembali kepada-Nya, tidak ada yang mustahil bagi-Nya.

Mari terus menunjukkan gesture iman kita tanpa segan, misalnya dengan berdoa sebelum melakukan sesuatu. Kita tidak pernah tahu kalau hal sederhana seperti demikian dapat dipakai Tuhan untuk menyentuh kembali hati anak-anakNya.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (Rm 8:28-29)

(ANT)

Tags:

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *