Renungan Katolik “Bahasa Kasih”

Selasa, 16 Desember 2025

Zef 3:1-2,9-13

Mzm 34:2-3,6-7,17-19,23 

Mat 21:28-32

Menjadi Terdahulu

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut- pemungut cukai dan perempuan- perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.” – Mat 21:31

Bacaan Injil hari ini cukup mengusik benak saya. Pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal adalah orang-orang yang berdosa, namun Yesus menegaskan bahwa merekalah yang akan mendahului masuk ke dalam Kerajaan Allah. 

Apa yang dimaksud Yesus: “mendahului”? Pesan yang saya tangkap adalah, sekelam apapun dosa seseorang, jika ia bertobat dengan sungguh-sungguh dan telah merasakan kasih Allah yang mendalam, ia tidak akan mengulangi dosa sampai akhir hidupnya. Hal inilah yang dikatakan layak sebagai anggota Kerajaan Allah, meskipun seseorang mengalami jatuh bangun dalam proses pertobatan itu. Contohnya seperti anak bungsu dalam kutipan Injil hari ini yang dengan cepat mengatakan “Aku tidak mau” tapi tetap melaksanakan perintah Bapanya juga.

Namun sebaliknya, mungkin ada yang begitu rajin berdoa, banyak melakukan kegiatan sosial dan pelayanan rohani, namun sikapnya tidak tulus, masih banyak dicemari oleh keinginan diri, seperti: ingin mencari pengakuan, kehormatan, dan sebagainya. Merasa hidupnya sudah baik hingga menjelang ajalnya tidak melakukan perubahan lebih baik lagi, maka inilah seseorang yang disebut menjadi yang terakhir, namun terlepas dari itu semua penilaian tentang manusia berdosa atau tdak adalah haknya Allah.

Menjadi pengikut Yesus tidak melulu tentang menunjukkan perbuatan baik kita di depan khalayak, namun yang utama adalah bagaimana sikap batin kita di hadapan Allah. Apakah kita sungguh mengasihi Allah? Jika ya, kita tidak perlu khawatir dengan pengakuan dari orang lain. Percayalah, ketika buah yang kita hasilkan memiliki nilai baik di hadapan-Nya, validasi dari manusia akan datang dengan sendirinya.

Hal tersebut tidak mudah namun dengan iman kita percaya bisa menjadi pribadi yang sesuai dengan kehendak Allah. Marilah kita berjuang untuk berjalan di dalam kekudusan-Nya, agar kembali secitra dengan Allah. (In).

Apakah saya ingin menjadi yang terdahulu dan akan memperjuangkannya hingga akhir hidup?

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *