Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Jumat, 26 Desember 2025
Pesta St. Stefanus, Martir Pertama
Kis 6:8-10; 7:54-59
Mzm 31:3-4,6,8,16-17
Mat 10:17-22
Santo Stefanus
Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda diantara orang banyak. – Kis 6:8
Hari ini Gereja memperingati pesta Santo Stefanus, martir pertama. Dari berbagai sumber yang saya baca tentang Santo Stefanus, saya sungguh kagum dengan keberaniannya. Stefanus tidak gentar menghadapi rintangan dan tantangan ketika melayani Tuhan Yesus. Dalam Kisah Para Rasul mencatat bahwa ia adalah seorang diakon di jemaat Yerusalem. Khotbahnya membuat banyak orang Yahudi menentangnya dari berbagai golongan. Saat diseret ke hadapan mahkamah agama dengan tuduhan penistaan agama, ia justru dengan lantang menegur mereka. Akhirnya, ia dijatuhi hukuman rajam hingga wafat.
Kematian Stefanus disaksikan oleh Saulus dari Tarsus, seorang ahli Taurat dari golongan Farisi, yang kelak bertobat dan dikenal sebagai Rasul Paulus. Darah Stefanus yang tertumpah tidak sia-sia, melainkan membuka jalan bagi banyak orang untuk semakin setia kepada Kristus. Teladannya mengingatkan kita bahwa mewartakan Injil harus dilakukan dengan sukacita meski ada tantangan.
Saya jadi teringat homili seorang romo: kemartiran tidak selalu berarti menumpahkan darah. Di zaman sekarang, kita bisa meneladaninya dengan cara sederhana, misalnya lewat media sosial. Kita bisa menulis kata-kata rohani, membagikan ayat Kitab Suci, atau mengunggah foto saat mengikuti misa dan kegiatan Gereja. Tuhan bisa menyentuh hati orang lain melalui kesaksian kecil ini. Saya pernah mengalaminya sendiri. Suatu kali, saya memposting foto saat mengikuti misa di Gereja Katedral Jakarta. Ternyata seorang teman melihat unggahan itu dan merasa ditegur Tuhan untuk kembali ke Gereja. Saya sungguh bersyukur, karena dari hal sederhana itu, Tuhan bekerja menyadarkan hatinya.
Teman-teman, mari kita belajar dari Santo Stefanus: berani mewartakan kabar sukacita dengan cara apa pun meski banyak rintangan dan tantangan yang menghalangi. (Ar).
Sudahkah saya mempergunakan media sosial sebagai sarana untuk mewartakan kabar sukacita Tuhan?
No responses yet