Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 16 Juli 2016

Mi 2:1-5
Mzm 10:1-4,7-8,14
Mat 12:14-21

TUHAN TIDAK PERNAH MENYERAH

Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. – Mat 12:20

Buluh yang terkulai, takkan dipatahkan-Nya.
Dia ‘kan jadikan indah sungguh lebih berharga.
Sumbu yang t’lah pudar, takkan dipadamkan-Nya.
Dia ‘kan jadikan terang untuk kemuliaan-Nya.
Penggalan lagu di atas adalah lirik favorit seorang teman.

Baginya, lagu ini mengingatkan dia bahwa hidupnya di dalam Tuhan sangatlah berharga. Meski berulang kali mengecewakan Tuhan, tapi Tuhan tidak pernah menyerah atas hidupnya. Ibarat sebuah lilin yang nyalanya sudah hampir padam, begitu ditiup maka semuanya akan berakhir. Namun Tuhan tidak pernah meniup lilin itu, bahkan sebaliknya menjaga lilin tersebut supaya tidak padam.‎

Benar kata teman saya itu, Tuhan tidak pernah menyerah. Seringkali sayalah yang mudah menyerah. Ketika harus melewati jalan hidup yang sempit, gelap, dan penuh kerikil, yang saya lakukan hanyalah mengeluh dan meratapi nasib. Tidak ada keinginan untuk berjuang. Sharing dari teman ini mengingatkan kembali bahwa saya harus berjuang dan jangan menyerah, karena Tuhan selalu menemani saya. Ia tidak pernah menyerah untuk terus mencintai dan menyemangati saya. Tinggal selangkah lagi dan saya akan menemukan jalan yang mulus. (Dn)

Apakah saya pernah menyerah? Apa yang membuat saya bisa bangkit dan keluar sebagai pemenang?

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *