Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Rabu, 2 April 2025

Yes 49:8-15
Mzm 145:8-9,13-14,17-18
Yoh 5:17-30

Kasih Allah

“Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.“ – Yes 49:15

Saya memiliki relasi yang rumit dengan ibu saya. Jika diingat dengan lebih detail, sebagian besar momen penting dalam kehidupan saya diwarnai konflik dengan beliau. Saya masih dapat mengingat dengan jelas, saat saya masih kecil, tengil, dan keras kepala, seringkali pilihan-pilihan yang saya ambil tidak sesuai dengan apa yang diinginkan beliau. Hal itu menyebabkan konflik di antara kami karena saya lebih sering membantah saat beliau mengutarakan pendapatnya. Bahkan saya sampai pernah berpikir bahwa sepertinya Tuhan sudah salah memberikan orang tua seperti itu untuk saya. Tak jarang saya juga menyalahkan Tuhan karena hal itu. Namun, sekarang, saat saya sudah dewasa, sudah berkeluarga dan telah merasakan manis, asam, dan pahitnya hidup, saya berproses untuk memperbaiki relasi saya dengan ibu. 

Bacaan pertama yang diambil dari Kitab Yesaya mengingatkan kita bahwa relasi orang tua dengan anak kandung yang seharusnya sangat dekat sangat mungkin menjadi berantakan, bahkan bisa saja orang tua kandung melupakan anaknya. Namun, tidak demikian dengan Allah. Kasih Allah yang begitu besar akan selalu memberikan kemenangan bagi kita yang menerima. Tak pernah sedetikpun Allah melupakan kita yang telah diciptakan-Nya.

Di sisi lain, Bacaan Injil hari ini menceritakan tentang keraguan manusia atas diri Yesus yang menjelaskan bahwa Allah itu adalah Bapa-Nya. Yesus memberikan kesaksian bagaimana relasi-Nya dengan Allah Bapa yang begitu sempurna. Namun, hal itu sulit sekali untuk diterima oleh orang-orang Yahudi, agak mirip dengan kondisi yang seringkali “mengikat” kita untuk bisa “melihat” Allah sebagai Bapa yang baik. Entah karena kita memiliki relasi yang kurang baik dengan orang tua kita sehingga kita pun sulit melihat dan memaknai bahwa Bapa di surga sungguh adalah Bapa yang baik bagi setiap kita, atau bisa jadi dosa yang membuat kita sulit merasakan kasih Allah Bapa. (AS).

Apa yang membuatku masih sulit melihat Allah Bapa sebagai Bapa yang baik?

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *