Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 5 April 2025
Yer 11:18-20
Mzm 7:2-3,9-12
Yoh 7:40-53
Bibit, Bebet dan Bobot
“Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea.” – Yoh 7:52
Seorang Ayah akan berusaha memperhatikan dan mencari informasi tentang pacar yang dibawa pulang oleh anak gadisnya. Paling tidak ini terjadi di jaman saya. Orang tua akan bertanya seputar kehidupan dari orang tua pacar si anak tersebut karena sebagian dari mereka beranggapan bahwa “buah tidak jatuh jauh dari pohonnya”. Yang artinya kira-kira sifat dan karakter dari anak tidak akan jauh berbeda dari orang tuanya. Oleh karena itu, tidaklah heran ketika orang tua mengatakan pada anak-anaknya untuk mengakhiri hubungan dengan pacarnya lantaran catatan buruk tentang orang tua sang pacar.
Hal ini juga yang terjadi saat Yesus mulai mengajar. Mereka mulai mempertanyakan tentang siapa itu Yesus dan asal usulnya. Oleh karenanya mereka merasa kecewa saat mereka tahu bahwa Yesus bukanlah dari garis keturunan imam. Apalagi Yesus berasal dari daerah Galilea yang dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang memiliki status. Para Imam akhirnya menolak Yesus dengan mengatakan bahwa tidak ada garis nabi yang berasal dari Galilea.
Saya masih beranggapan bahwa manusia masih bisa berubah. Manusia memiliki pilihan untuk menentukan masa depan mereka. Memang benar bahwa karakter anak-anak terbentuk dari masa kecil mereka. Tetapi anak-anak memiliki pendapatnya sendiri walaupun mereka masih kecil. Dan hasil akhir dari seseorang tidaklah ditentukan dari mana dia berasal, namun dari setiap keputusan-keputusan yang dibuat hingga saat terakhir. Sebagai contoh mungkin kita bisa melihat sosok Yudas Iskariot dan Petrus. Kedua orang ini sama-sama menyangkal Tuhan Yesus, tetapi mereka memiliki akhir yang berbeda. Ataupun kehidupan Salomo yang dididik dengan baik, tetapi pada akhirnya hidupnya mulai berubah.
Menilai masa lalu orang adalah hal yang penting, tetapi memberikan kesempatan kepada orang-orang yang mau memperbaiki diri hanya diberikan kepada orang-orang bijak yang bisa melihat jauh ke depan dari hidup seseorang. (An).
Apakah saya memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk menjadi lebih baik?
No responses yet