Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 6 September 2025
Kol 1:21-23
Mzm 54:3-4,6,8
Luk 6:1-5
Diluar Kebiasaan
Kata Yesus lagi kepada mereka: “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.” – Luk 6:5
Saat saya menulis renungan ini, bertepatan dengan wafatnya Paus Fransiskus kita tercinta, yaitu 21 April 2025. Masih segar dalam ingatan kita, saat beliau mengunjungi Indonesia saat itu, beliau tidak ingin diperlakukan istimewa seperti layaknya penyambutan untuk seorang pimpinan besar. Bapa Paus menampilkan kesederhanaan yang amat sangat, tidak ingin dijemput dengan mobil mewah, tidak mengenakan sepatu kebesaran Paus, serta bersikap ramah; membuka jendela mobil, menyapa dan mengulurkan tangan kepada masyarakat umum saat dalam perjalanan menuju ke tempat- tempat tujuan. Keteladanan Paus itulah yang sejatinya harus diikuti oleh para pemimpin dunia, yaitu melayani bukan dilayani. Pemimpin adalah orang yang dapat menolong rakyatnya, bukan dengan menciptakan aturan-aturan yang terkadang memberatkan.
Demikian juga Yesus melalui bacaan Injil hari ini menegaskan bahwa Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat. Ia memperbolehkan murid-muridNya memetik bulir gandum, itu menandakan Yesus lebih mengutamakan dan peduli dengan kebutuhan para murid daripada aturan yang mengikat di hari sabat.
Yesus peduli dengan semua kebutuhan kita, mulai dari urusan perut, keuangan, anak-anak, masa depan, bahkan dalam setiap ketakutan kita, perasaan putus asa dan tak berdaya. Mungkin kalau Yesus tidak pernah ada di dunia ini, kita masih dibelenggu oleh aturan- aturan agamawi yang dianggap dapat mendekatkan diri kita kepada Allah, dan masih diperhamba dengan asumsi-asumsi kita sendiri, intimidasi- intimidasi iblis atas ketidaklayakan kita.
Yesus datang untuk membebaskan perasaan ketidakberdayaan, rendah diri, mengubah rasa tidak berharga kita menjadi pribadi yang mendapat kasih karunia Kristus, memiliki harapan baru dan sukacita baru bersama Kristus. (MF).
“Sudahkah saya bersikap manusiawi dengan orang-orang yang tidak saya kenal?”
No responses yet