Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Jumat, 12 Desember 2025
Yes 48:17-19
Mzm 1:1-4,6
Mat 11:16-19
Nyinyir
Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka,tetapi kamu tidak berkabung. – Mat 11:17
Tidakkah kita lelah berteman dengan orang yang selalu mengeluh, mengkritik, dan memprotes? Dari mulutnya, yang keluar hanyalah kritikan, ketidakpuasan, dan upaya untuk mencari kesalahan orang lain. Apa pun yang dilakukan orang lain seakan tidak ada yang benar, selalu ada saja kekurangan di matanya.
Itulah yang terjadi pada putriku, ia bercerita bahwa ada seorang temannya yang marah dan mengeluh karena tidak ada satu pun teman yang mau tinggal satu apartemen dengannya. Alasannya, semua temannya lelah dengan sikapnya yang terlalu banyak berpikir (overthinking) dan selalu menyalahkan mereka selama dahulu tinggal satu asrama dengannya. Putriku pun tidak luput dari omelan dan perkataan tidak menyenangkan yang ditujukan padanya. Saya hanya mengingatkannya untuk tetap bersabar dan menjaga pertemanan yang terjalin. Tuduhannya tidak perlu dimasukkan ke hati, tetapi terus berdoa agar temannya bisa belajar dari pengalaman yang tidak menyenangkan ini.
Putriku kemudian mengatakan bahwa ia harus banyak berdoa agar ketidaknyamanan ini bisa cepat berakhir dan Tuhan memberikan kemampuan padanya untuk dapat bijak berbicara dengan temannya sehingga tidak menyakiti hati temannya. Maka sebagai anak Allah, janganlah bersikap sinis, tetapi berpuas diri dengan segala keadaan. Jangan mengeluh, tetapi bersyukur atas segala yang terjadi. Mintalah hikmat Tuhan agar kita dapat peka mendengarkan suara-Nya dan melakukan kehendak-Nya dengan tekun dan setia.
“Rahasia kebahagiaan adalah menjalani saat demi saat dan bersyukur kepada Allah atas apa yang Dia kirimkan kepada kita setiap hari atas kebaikan-Nya.” -Santa Gianna Molla- (TL).
Mampukah aku bersikap bijaksana dalam menjalani hidupku?
Apa komitmen diriku pada-Nya?
No responses yet