Renungan Katolik “Bahasa Kasih”

Rabu, 13 Agustus 2025

Ul 34:1-12

Mzm 66:1-3,15-17

Mat 18:15-20

Bukan Salahmu

Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. – Mat 18:17

Saya tidak pernah menyangka bisa merasakan perasaan bersalah yang begitu besar kepada Tuhan. Bukan karena saya melukai hati-Nya secara langsung, atau karena melupakan-Nya. Namun rasa itu muncul saat saya gagal menyelesaikan tugas yang Ia percayakan kepada saya. Anehnya, rasa bersalah itu hadir justru ketika hati saya sendiri sedang terluka begitu dalam. Bagaimana mungkin, dalam keadaan seperti itu, pikiran justru tertuju pada Tuhan? Mengapa bukan lukaku sendiri yang menjadi fokus? Saya pun bingung. Tapi itulah yang benar-benar terjadi. 

Dalam rasa kecewa dan kesedihan yang begitu dalam karena merasa mengecewakan-Nya, saya tiba-tiba merasakan pelukan kasih-Nya yang begitu hangat. Dengan suara lembut yang memenuhi batinku, Ia berkata, “Itu bukan salahmu dan itu sudah tidak lagi menjadi tanggungjawabmu. Sekarang biarlah Aku yang menanggungnya. Kamu sudah berusaha dengan baik dan sepenuh hati. Jika dia belum siap untuk kembali kepada-Ku, itu bukan tanggung jawabmu lagi. Karena itu bebaskanlah dirimu dari beban dan perasaan bersalahmu.”

Saat mendengar itu, air mata mengalir. Hati saya terasa ringan. Beban yang selama ini saya pikul seolah terangkat dari pundak. Saya sudah mencoba sekuat tenaga untuk membantunya kembali ke jalan Tuhan. Tapi pada akhirnya, pilihan tetap ada di tangannya. Sayangnya, ia memilih untuk tetap tinggal dalam zona nyaman yang menyesatkan, dan menolak uluran kasih Tuhan. Walau sedih, saya tetap menghormati keputusannya. Saya belajar bahwa kasih Tuhan tidak pernah memaksa. Ia tetap mengasihi semua orang, baik yang berdosa maupun orang yang taat. Saya bersyukur telah menjadi bagian dari karya keselamatan-Nya, dan percaya, bahwa pada waktunya nanti, Roh Kudus akan menyentuh hatinya dan membawanya pulang. Karena Tuhan menginginkan keselamatan dan kebahagiaan untuk kita semua. (Cr).

Ketika kita merasa gagal, kasih Tuhan justru menyapa dengan penghiburan dan penerimaan tanpa syarat.

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *