Renungan Katolik “Bahasa Kasih”

Sabtu, 13 Desember 2025

Pw St. Lusia

Sir 48:1-4,9-11

Mzm 80:2-3,15-16,18-19

Mat 17:10-13

Kepekaan Hati

“Dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.” – Mat 17:12

Seiring dengan perjalanan iman, saya selalu bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, apa yang Engkau inginkan dariku? Apa rencana-Mu bagiku?” Saya sadar, karena hanya dengan dekat kepada Tuhan, akan tahu tujuan hidupku.

Hal itu juga membuat makin memahami bahwa hidupku harus membawa pancaran kasih Allah di mana pun berada dengan terus mau berproses menjadi bejana yang indah. Saya juga harus berkomitmen untuk meninggalkan cara hidup yang tidak berkenan pada Tuhan, serta menjadi pribadi yang bernilai dan menjadi berkat bagi sesama.

Sebelum dan sesudah melayani, saya membiasakan diri untuk menyiapkan hati dengan berdoa, agar diberikan kepekaan hati untuk mengenal suara Tuhan dan memiliki kerendahan hati untuk tunduk dan taat akan kehendak-Nya. Jika saya mulai berjalan dengan kemampuan sendiri dan merasa diri bisa, hebat, kuat, maka akan terjebak dan terjatuh pada kesombongan rohani. Jika demikian saya bukan lagi memuliakan Tuhan, tetapi memuliakan diri sendiri dan tidak lagi memuji nama Tuhan, tetapi memuji diri sendiri.

Untuk itu saya selalu mengingatkan bahwa diri ini hanyalah tanah liat yang siap dibentuk sesuai dengan rencana-Nya. Hanya Tuhanlah kompas dalam hidupku, karena tanpa-Nya tidak bisa apa-apa. Tanpa-Nya, saya hanyalah sebutir debu, namun bersama-Nya maka saya akan dapat menjadi lilin yang menerangi kegelapan.

Dalam Tuhan, kita akan dapat menjadi saluran berkat-Nya di dunia ini. Dan kita mampu melakukan sesuatu karena Tuhan ada bersama kita. (TL).

Sudahkah aku memiliki kepekaan hati untuk memuliakan Tuhan? 

Ataukah malah mencuri kemuliaan Tuhan?

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *