Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Rabu, 18 Juni 2025
2 Kor 9:6-11
Mzm 112:1-4,9
Mat 6:1-6,16-18
Apa Gunanya?
Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. – Mat 6:1
Manusia adalah makhluk hidup yang berakal budi dan tentu saja tak bisa lepas dari aktivitas kehidupan, dimana motivasi aktivtas setiap orangpun berbeda-beda. Pastinya, motivasi yang dipilih adalah yang menguntungkan yang kadang pada akhirnya justru membawa pada kehancuran. Oleh karena itu, dalam menentukan motivasi sebaiknya dalam keadaan pikiran yang jernih dan matang.
Dalam Injil Matius, Yesus mengingatkan kita untuk berhati- hati pada motivasi terutama dalam hal-hal yang nampaknya sesuatu yang baik. Ia mencontohkannya dalam hal memberi sedekah, berdoa, dan berpuasa. Ia menginginkan kita memiliki motivasi yang tulus dari hati, jauh berbeda dengan apa yag dunia tawarkan. Apa yang harus kita lakukan untuk tidak terkecoh oleh tawaran dunia? Tentu saja hanya dengan berada di dalam-Nya, mengikutsertakan-Nya di setiap apa yang kita rencanakan dan perbuat. Memang bukanlah hal yang mudah, namun terus bergumul-lah dengan-Nya karena akan membuat hati ini peka terhadap apa yang menjadi kehendak dan tuntunan-Nya.
Saya pernah hampir terkecoh pada apa yang dunia tawarkan.
Pada suatu keberhasilan pelayanan, saya mendapat pujian. Saya meresponnya dengan positif dengan berkata, “Puji Tuhan, semua berkat Tuhan Yesus.” Orang itu pun menanggapi, “Itu juga berkat kamu dan usahamu.” Lalu saya hanya tersenyum. Tanggapan orang itu tiba-tiba menjadi buah pikiran dan membuat saya sempat berpikir iya juga ya. Namun, hati kecil ini langsung berkecamuk. “Memangnya kalau benar mau apa? Apakah itu yang akan menjadi penyemangatmu untuk melayani lebih lagi? Yakin demikian? Apa gunanya jika kamu melakukannya hanya untuk mendapatkan pujian sesaat yang bisa hilang kapan pun?” Saya bersyukur Ia mengingatkan kembali akan motivasi awal saya melayani-Nya, yakni untuk menyenangkan hati-Nya. Dengan demikian saya tidak terjerumus oleh kebahagiaan semu yang suatu saat bisa berubah menjadi kenangan pahit bersamaan dengan hilangnya pujian tersebut. (Cr).
Apa motivasiku dalam menjalani hidup keseharianku?
No responses yet