Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Senin, 20 Januari 2025
Ibr 5:1-10
Mzm 110:1-4
Mrk 2:18-22
Makna Puasa
Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. – Mrk 2:20
Puasa bukan sekedar tidak makan dan minum. Puasa juga bukan sekedar kewajiban keagamaan. Bukan juga untuk terlihat suci, tetapi puasa adalah salah satu cara agar dapat lebih akrab dengan Tuhan dan peduli pada sesama. Puasa membentukku menjadi pribadi yang lebih rendah hati dan memiliki belas kasih. St. Peter Chrysologus berkata, ”Puasa adalah jiwa dari doa, belas kasih adalah sumber hidup dari puasa.” Bagi orang Katolik, puasa adalah tanda pertobatan, tanda penyangkalan diri dan sebagai silih atas dosa. Puasa tanpa penyangkalan diri adalah sia-sia. Puasa membawa pada kebaruan diri.
Sudah beberapa tahun terakhir ini, aku belajar untuk tidak hanya sebatas puasa jasmani, tetapi lebih pada puasa karakter. Ternyata puasa karakter itu lebih menantang, karena perlu menumbuhkan buah roh dalam diri. Belajar menurunkan ego, bersikap positif, dan bersyukur dalam segala hal. Puasa haruslah didasari atas iman, serta dilakukan dengan kerelaan dan sukacita. Puasa bukanlah memaksa-Nya untuk melakukan apa yang ku mau. Namun, berpuasa memaksaku untuk lebih dekat dengan-Nya, menjauhi hal-hal duniawi. Puasa akan sia-sia jika dilakukan sekedar rutinitas keagamaan. (TL).
Apakah aku berpuasa dengan tujuan lebih dekat dengan-Nya?
No responses yet