Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Senin, 22 Desember 2025
1 Sam 1:24-28
MT 1Sam 2:1,4-8
Luk 1:46-56
Magnificat Anima Mea
Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku. – Luk 1:46-47
Ketika Paus Leo XIII meninggal pada tahun 1903, Kardinal Giuseppe Melchiorre Sarto terpilih menjadi Paus dengan memilih nama Pius X. Setelah acara inaugurasi, ibunda Sarto datang berkunjung ke Vatikan. Kemudian Paus baru itu menunjukkan kepada ibunda cincin kepausan. Sambil tersenyum, sang ibunda berkata “Kamu tidak akan mengenakan cincin hari ini, jika aku tidak dahulu mengenakan cincin ini,” katanya sambil memperlihatkan cincin perkawinan yang dia kenakan. Inti dari kisah ini adalah dibalik kisah besar ada peran ibu yang luar biasa, ibu yang misioner yang membawa anaknya kepada Allah.
Demikian pun Bunda Maria adalah perempuan misionaris, ia membawa Putra Allah dalam rahimnya pergi menjumpai Elizabeth. Kisah perjumpaan Maria dan Elisabet tersebut dibingkai dengan kidung indah Maria, suatu nyanyian pujian pada Allah. Magnificat itu lahir dari pancaran sukacita perjumpaan, suatu ungkapan kehidupan mistik Maria: Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku.
Magnificat Maria yang sering dibandingkan dengan kidung puji-pujian Hana ibunda Samuel (bdk. 1 Sam. 2:1-10), mengungkapkan inti doa yang sesungguhnya yakni memuliakan dan memuji Allah. Fokus magnificat adalah Tuhan, Allah yang Mahakuasa, yang melakukan hal-hal besar di antara kita; Allah yang nama-Nya adalah kudus. Nyanyian pujian Maria juga menjadi tanda, nubuat pada pewartaan dan pelayanan Yesus, Anak yang di dalam kandungannya.
Maria masuk dalam intimasi dengan Allah dan berpatisipasi secara intens dalam misteri hidup Kristus sampai pada kematian kebagkitan puteranya itu dan kemudian bersama jiwa dan badannya Maria masuk dalam misteri kenaikan Yesus ke surga. (BW).
Oh Bunda Maria, Sang Tabernakel yang hidup, doakanlah kami.
No responses yet