Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Senin, 26 Desember 2022

Kis 6:8-10; 7:54-59
Mzm 31:3-4,6,8,16-17
Mat 10:17-22

Bertahanlah!

Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. – Mat 10:22

Bacaan hari ini membawa saya flash back ke kejadian kerusuhan Mei 1998. Pengalaman yang sangat mencekam. Masih teringat jelas, meski sudah berlalu lebih dari dua puluh tahun. Saya yang hanya sempat melihat sebentar kerumunan massa yang merusak dan membakar saja sudah cukup dibuat trauma, apalagi mereka yang mengalami. Saya mendengar cerita teman yang mau lewat di suatu jalan, tetapi ditahan oleh beberapa orang baik yang berkata, “Jangan ke sana!, kamu orang kristen dan keturunan etnis tertentu, kamu akan mati!” Dengan ketakutan, teman saya yang sendirian pulang dari kerja dan tidak tahu harus bagaimana, mengikuti saran itu dan puji Tuhan dia selamat dan aman di rumah. Banyak yang tak seberuntung teman saya, salah satunya karena pengikut Kristus.

Kejadian ini hanya salah satu dari sekian banyak peristiwa yang menyerang penganut Kristiani, bahkan di negara-negara di mana agama Kristen adalah mayoritas. Menjadi pengikut-Nya bukanlah sekedar tempelan di KTP, tetapi apakah ketika iman diuji, kita akan sanggup bertahan dan tetap mengaku sebagai murid-Nya apapun konsekuensinya? Memikirkannya saja membuat hati ini gemetar, tetapi saya percaya kasih karunia-Nya sendirilah yang memberi kekuatan kepada para martir seperti Santo Stefanus untuk tetap mempertahankan iman mereka. Kekuatan yang dibangun terus menerus di dalam relasi dan pengenalan akan-Nya. Tanpa relasi yang dalam dengan-Nya, kita tidak akan sanggup bertahan. Yesus mengatakan, “Orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat”, itu berarti kita mampu melakukannya, kita pasti mampu bertahan. (Yy).

Tuhan Yesus mampukan kami untuk mengampuni dan memberkati orang yang pernah menganiaya kami, amin.

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *