Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Selasa, 29 April 2025
Pw St. Katarina dr Siena
Kis 4:32-37
Mzm 93:1-2,5
Yoh 3:7-15
Tanpa Melihat
“Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” – Yoh 3:8
Satu waktu kami sekeluarga pergi memancing di sebuah pulau di Belitung. Itu merupakan pengalaman pertama kali bagi saya dan anak-anak memancing di laut.
Cuaca pagi itu masih cerah, kami berangkat dengan perahu dan menikmati lautan hingga siang. Menjelang sore cuaca seketika berubah menjadi mendung, angin bertiup kencang dan berputar-putar. Kapten perahu mengatakan akan hujan deras, dan kami segera kembali ke darat. Memang tak lama kemudian terjadi hujan yang sangat lebat di tempat pemancingan tadi.
Demikian pula Tuhan Yesus mengibaratkan Roh Kudus yang datang tanpa kita ketahui dari mana arahnya seperti angin yang ada di laut itu. Kehadiran Roh Kudus memerlukan kepekaan batin kita. Untuk bisa merasakan kehadiran-Nya diperlukan hati yang terbuka untuk mau percaya meskipun kita tidak melihat. Sama seperti angin yang tidak bisa kita lihat secara kasat mata namun bisa kita rasakan keberadaannya.
Secara teori orang Farisi adalah orang yang mempelajari dan paham isi Kitab Suci, bisa dibilang mereka adalah para master Kitab Suci. Mereka mungkin hafal semua isi Kitab Suci tapi malah tidak percaya dengan kebenaran yang ada di dalamnya. Mereka bahkan tidak bisa menangkap kebenaran yang sesungguhnya bahwa Yesus adalah Mesias. Tuhan Yesus menekankan bahwa kuncinya adalah merasakan dan percaya pada karya Roh Kudus itu sendiri. Tanpa kita merasakan kasih Allah lebih dulu, akan sulit untuk percaya dan mengalami karya Roh Kudus dalam hidup.
Roh Kudus itulah yang menuntun kita untuk selalu bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Tanpa karya Roh Kudus kita tidak akan dapat mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan. (Yy).
Kehadiran Roh Kudus dapat kita rasakan meskipun tidak dapat kita lihat.
No responses yet