Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 22 November 2025
Pw St. Sesilia
1 Mak 6:1-13
Mzm 9:2-4,6,16b,19
Luk 20:27-40
Hidup Karena Allah
Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup. – Luk 20:38
Di masa lalu, saya pernah tidak menghargai hidup saya. Entah sudah berapa kali saya mencoba mengakhiri hidup saya sendiri, saya tidak peduli terhadap nyawa saya dan dosa yang akan saya tanggung. Saya merasa hidup saya tidak berarti, saya merasa jiwa saya sudah mati, dan saya bergumul dengan depresi yang terus menggerogoti mental saya. Puji syukur bagi Tuhan Yesus, kini saya dapat menghargai setiap helaan napas saya, karena sadar, bahwa jika saya percaya kepada Allah maka saya hidup.
Pada awalnya, saya tidak bisa menerima kasih Allah dalam hidup saya, karena terlalu banyak luka dan trauma dalam hati saya. Sampai pada satu titik saya benar-benar menangis dan menyerahkan seluruh hidup saya kepada Tuhan. Alih-alih mencoba mengakhiri hidup, saya belajar untuk menerima kehadiran Allah yang sempurna dalam hidup saya, dan Ia pun menyembuhkan segala luka dan menyempurnakan hidup saya.
Meski sampai hari ini saya masih sering merasakan tekanan hidup, tapi saya memutuskan untuk tetap menjalani hidup saya yang tidak sempurna ini, karena saya sadar ada kemurahan kasih Allah yang memberikan hidup kepada saya.
Jika mungkin di luar sana banyak saudara-saudara yang juga sedang berjuang dengan depresi dan keinginan kuat untuk mengakhiri hidup. Saya ingin menyampaikan bahwa kita tidak pernah sendiri. Dan jika kita merasa jiwa kita sudah mati dan ingin mengakhiri hidup , ingatlah ada Allah yang menerima kita apa adanya, Allah yang selalu melihat kita, Allah yang selalu menyayangi hidup dan setiap detil kecil dari diri kita.
Marilah kita coba menanamkan dalam pikiran bahwa semua kepunyaan Allah pasti hidup, dan percayalah bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup, dan selama kita percaya kepada Allah maka kita hidup. (PL).
Apakah kita sudah menyadari kalau kita hidup karena Allah?
No responses yet