Belakangan ini, saya melakukan virtual catch-up dengan sahabat high school saya yang tinggal di United States. Terakhir kami bertukar kabar sudah hampir setahun lalu. Sebelum catch-up, dia sempat bilang kalau punya big news. Spontan saya langsung excited, menebak-nebak apakah kabar itu tentang kehadiran bayi atau rumah baru.

Tibalah hari kami janjian. Saat itu waktu makan siang saya, dan untuk sahabat saya, waktu setelah menidurkan anaknya yang baru berumur dua tahun. Saya sangat terkejut dan sedih karena big news yang sahabat saya bagikan adalah bahwa dia sudah berpisah dengan suaminya.

Pikiran saya langsung melayang kembali ke masa lalu, saat kami, sekelompok cewek dari sekolah all girls school, mempersiapkan surprise untuk hari pernikahannya. Anak pertama saya masih bayi ketika itu. Saya membuat hadiah istimewa untuknya: sebuah prakarya berisi foto-foto dia dan pasangannya, termasuk foto rumah yang dia renovasi bersama calon suaminya. Ia sebagai desainer interior, dan calon suaminya seorang pemborong bangunan. Perpaduan yang cocok pikir saya waktu itu, karena mereka mempunyai hobi dan pekerjaan yang saling melengkapi.

Peristiwa ini membuat saya merenung. Mengapa pernikahan bisa begitu rapuh, meskipun sudah dilandaskan dengan hal-hal yang mungkin di mata dunia sangat baik untuk pernikahan?

Minggu ini, saya dan suami merayakan ulang tahun pernikahan kami yang kedelapan. Meskipun usia pernikahan kami terbilang masih muda, saya sudah melihat banyak rumah tangga yang kandas di usia yang bahkan lebih singkat. Karena itu, saya terdorong membagikan satu hal yang menurut saya penting, baik untuk teman-teman yang masih single maupun yang sudah menikah, untuk mempertahankan pernikahan.

Untuk yang masih single, berbicaralah sebanyak-banyaknya satu sama lain. Bukan hanya tentang hal-hal yang kamu sukai, tapi juga yang tidak kamu sukai. Bukan hanya sisi baikmu, tapi juga masa lalu dan luka-luka yang pernah kamu alami. Lihatlah kembali peristiwa-peristiwa berat tersebut dan pahamilah cara pikir, prinsip hidupnya, dan prinsip hidupmu. Menurut saya, kesamaan visi dalam hal-hal inilah yang lebih penting daripada sekadar hobi atau minat yang sama. Sebab di masa-masa sulit, kriteria inilah yang paling penting.

Untuk yang sudah menikah, ingatlah bahwa tujuan hidup kita bukan hanya untuk kebahagiaan di dunia, tetapi untuk kehidupan kekal dan pernikahan adalah jalan menuju kesana. Sesulit apapun masalah yang dihadapi, perceraian bukanlah pilihan. Hadirkan dan andalkan Tuhan selalu dalam pernikahan, sebab itulah janji yang telah kita buat ketika menumpangkan tangan di atas Kitab Suci, di hadapan altar.

“He set out from there and went into the district of Judea [and] across the Jordan. Again crowds gathered around him and, as was his custom, he again taught them. The Pharisees approached and asked, “Is it lawful for a husband to divorce his wife?” They were testing him. He said to them in reply, “What did Moses command you?” They replied, “Moses permitted him to write a bill of divorce and dismiss her.” But Jesus told them, “Because of the hardness of your hearts he wrote you this commandment. But from the beginning of creation, ‘God made them male and female. For this reason a man shall leave his father and mother [and be joined to his wife], and the two shall become one flesh.’ So they are no longer two but one flesh. Therefore what God has joined together, no human being must separate.” (Mark 10:1–9)
(LGA)

Categories:

Tags:

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *