2 June 2024
Manusia diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, untuk bertindak atau tidak bertindak, untuk melakukan ini atau itu. Kebebasan baru mencapai kesempurnaannya apabila diarahkan kepada Allah, kebahagiaan kita (KGK 1731).
Kita ini bagai tanah liat yang ada di tangan Tuhan, sang tukang periuk (Yer 18:1-10). Karakteristik tanah liat rapuh, tapi dapat dibentuk.
Transformasi adalah suatu:
1. Proses -> ga instant, ada proses dan waktunya, kita akan melalui proses jatuh bangun. If we mess up, just grab another piece and start over.
2. Pilihan -> harus ada kemauan. Dalam proses kita mengikuti Tuhan akan ada banyak hal-hal dan gangguan duniawi. Tuhan selalu mengulurkan tangan-Nya kepada kita, tetapi keputusan untuk memegang tangan Tuhan kembali adalah free will kita. Freewill kita harus align dengan freewill Tuhan.
3. Pemulihan -> mengembalikan kita kepada jalan dan rencana Tuhan.
The transformative way:
* melalui masalah dalam hidup
* melalui orang-orang sekitar kita.
Transformasi dimulai dari hati. “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4:23)
3 hal di dalam hati kita yang mau Tuhan bentuk:
1. Kerendahan hati
Mengakui bahwa kita membutuhkan Tuhan. ”Sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (2Kor 12:9)
Contoh: Saulus -> Paulus, St. Padre Pio.
Kita mau bukan kita yang semakin besar dalam Tuhan, Tuhan yang semakin besar dalam kita.
Apa ego kita masih tinggi? Beranikah kita untuk berkata “God’s will be done”?
2. Kerelaan hati
Percaya penuh akan prosesnya dan rencana Tuhan. Kita diingatkan kembali bahwa hidup kita ini sepenuhnya milik Tuhan, bukan milik kita.
Contoh: Yusuf.
3. Keteguhan hati
Berani mengambil langkah/ immediate action. Bukan hanya mendengarkan firman, tapi berani untuk menerapkan firman Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari dan mengambil langkah perubahan. Truth is not based on feeling – bukan tentang apa yang kita rasakan/ emotion kita.
——
Transformasi sejati tidak hanya membuat kita semakin hidup menjauhi dosa. Tapi terlebih dari itu, membuat kita semakin mengandalkan Kristus dalam kelemahan.
Setiap transformasi membutuhkan sebuah daya atau upaya. Bagai anggur yang baru disimpan di kantong yang usang lama-lama akan bocor – mungkin kita rajin menerima firman, ikut retret dll, tetapi apabila hati kita masih sama, perubahan akan sulit terjadi. Maka dari itu kita perlu involve God dan rely on kasih Tuhan untuk diberi hati yang baru dan menjadi ciptaan yang baru.
No responses yet