Hari Jumat lalu saya izin tidak ikut sel. Anak-anak dan suami tetap pergi sel, jadi saya bisa di rumah, menjalani mock test PTE (Pearson Test of English) yang durasinya sekitar 2 jam dengan tenang tanpa ribut-ribut mendegar kamar diketuk dengan suara teriakan, “Mami…. mami….!” Buat teman-teman yang mungkin belum familiar, PTE itu seperti test IELTS, dan saya masih menjalani ini karena mau meningkatkan poin untuk invitation visa saya.

Pertama kalinya saya menjalani test PTE adalah tepat sekitar setahun lalu, di akhir bulan Juli. Dari test tersebut, saya masih belum dapat poin tertinggi untuk invitation, karena butuh minimum 79 untuk masing-masing Listening, Reading, Speaking, and Writing. Semenjak itu, saya terus belajar dan semakin gencar dalam beberapa bulan belakangan ini.

Beberapa bulan lalu, saya hampir putus asa belajar sendiri dan hampir mengambil course online untuk persiapan PTE. Lucunya, dengan cara yang ajaib, Tuhan mengenalkan saya kepada seorang yang akhirnya menjadi “guru” saya. Suatu malam saya melihat di LinkedIn orang yang profilnya mirip dengan saya, kerja di konsultan, baru terkena redundant sehingga sedang mencari kerja. Tujuan saya berkenalan adalah membantu dia dengan membagikan pengalaman saya, karena waktu itu saya sudah dapat kerja, meskipun belum mulai bekerja di tempat baru. Ternyata dia juga memegang visa kerja seperti saya dan dia sudah test PTE awal tahun ini dan dia dapat 90 untuk keempat section test – perfect score for PTE. Saya mulai belajar dengan tips yang dia ajarkan dari sekitar liburan Paskah sampai sebelum test ini.

Test kali ini saya sangat yakin kalau hasilnya jauh lebih bagus dari tahun lalu. Selain itu, saya sangat berharap saya bisa dapat poin lebih dari 79 untuk semua bidang. Kalau saya sudah mendapatkan full poin, saya bisa mengarahkan energi saya ke hal lain lagi yang masih menanti untuk dipelajari dengan sungguh-sungguh. Sudah puluhan mock test yang saya jalani dan entah berapa jam yang saya dedikasikan untuk mempersiapkan PTE. Beberapa jam setelah test, hasil keluar, semuanya baik kecuali satu bidang: poin saya 78. 78! Satu poin lagi dan semestinya saya sudah bisa menghela nafas untuk perjalanan PTE ini. Ternyata, belum sampai-sampai juga …..

Saya tentunya kecewa. Sedih. Kenapa sih, Tuhan, kok untuk urusan kecil seperti PTE ini saja rasanya saya dibentuk sekali dalam perjalanan mencapai poin tertingginya. Kalau teman-teman masih ingat sharing saya tentang perjalanan doa rosario saya, saya masih menjalaninya. Saya merasa dengan menjaga kehidupan rutin doa, saya jadi lebih tabah dan tidak mengalami down yang lama ketika sesuatu tidak terjadi seperti harapan saya.

Beberapa bulan lalu, ketika saya sedang random scroll di Facebook, ada seorang membagikan kisahnya tentang persiapan PTE juga. Bukan kebetulan, dia membagikan bahwa sebelum dia akhirnya dapat poin tertinggi, poin yang ia dapat adalah 78 hanya di satu section. Hanya kurang 1 lagi! Persis seperti saya. Saya menceritakan post itu ke suami saya beberapa bulan lalu. Saya merasa sebenarnya Tuhan sudah mempersiapkan hati saya, kalau hal itu terjadi pada saya. Saya juga teringat ada beberapa peristiwa tes-tes lain di masa lalu yang orang-orang tidak bisa lulus sekali tes, saya dengan mudahnya lulus. Jadi, kali ini Tuhan seakan berkata kepada saya, “Belum saatnya.”

Ketika mempersiapkan tulisan ini saya teringat kejadian dimana dulu ketika saya SD saat liburan sekolah, kami sekeluarga pergi dari Jakarta ke Wonosobo, tempat kelahiran mama saya. Perjalanan ke Wonosobo sekitar 12 jam lamanya, tergantung kondisi macet. Sepanjang perjalanan, di banyak titik perjalanan saya selalu bertanya ke papa dan mama, “Pa, Ma, kok belum sampai-sampai???”

Kenangan tersebut membawa saya pada refleksi bahwa hal apapun yang sedang kita coba untuk capai hari ini, kita seakan naik sebuah mobil dari kota A ke kota B. Perjalanan butuh waktu. Perjalanan kadang terasa melelahkan. Namun, perjalanan adalah bagian dari proses yang harus dijalani.

“Then you will go on your way in safety, and your foot will not stumble. When you lie down, you will not be afraid; when you lie down, your sleep will be sweet.” (Proverbs 3: 23 – 24).

Teman-teman, dalam perjalanan apapun yang teman-teman tempuh hari ini, mari kita sama-sama ingat bahwa perjalanan adalah bagian dari prosesnya. Dan bahwa Tuhan ada beserta kita dalam perjalanan tersebut.
(LGA, 31 Juli 2024)

Categories:

Tags:

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *