Minggu lalu, di akhir bulan Mei, saya melihat dua pelangi dalam perjalanan pulang ke rumah. Saya pun teringat akan bulan Mei yang penuh berkat bagi keluarga kami. Selain dirayakan sebagai bulan Maria, bulan tersebut juga menjadi bulan berkat karena ketiga anak kami lahir di bulan Mei, dengan tanggal kelahiran yang berdekatan satu sama lain.

Kedua pelangi yang saya lihat itu mengingatkan saya akan janji Tuhan yang selalu baru dan tepat waktu bagi kita – bahkan dalam hal-hal yang tak terpikirkan oleh akal kita.

Saya teringat saat anak pertama kami lahir. Begitu besar sukacita saya dan istri karena Tuhan telah melengkapi keluarga kami dengan buah kasih. Istri saya kemudian memutuskan untuk mengurangi jam kerjanya dari full-time menjadi part-time agar bisa memiliki lebih banyak waktu berkualitas dengan anak kami, karena sebagai seorang scientist, pekerjaannya sangat menuntut waktu yang signifikan.

Dua tahun kemudian, istri saya hamil anak kedua kami. Kami sangat bersyukur karena Tuhan sekali lagi mempercayakan seorang anak kepada kami. Namun, dengan bertambahnya anggota keluarga, istri saya perlu kembali mengurangi jam kerja, dan akhirnya memutuskan untuk resign sepenuhnya dari pekerjaannya sebagai scientist. Sebenarnya, ada rasa sedih karena dia sangat menikmati pekerjaannya, dan keputusan itu berarti dari dua penghasilan kami harus hidup dengan satu penghasilan saja. Tapi, ternyata Tuhan sudah menyiapkan segalanya. Seminggu setelah kelahiran anak kedua, saya mendapat promosi, dan tidak lama setelah itu, tempat istri saya bekerja harus menghentikan penelitian mereka karena dana riset diberhentikan. Rasanya seperti semua sudah diatur oleh Tuhan.

Dua tahun setelah kelahiran anak kedua kami, istri saya kembali hamil – anak ketiga kami. Ketika mengetahui bahwa kami akan memiliki anak ketiga, kami sempat khawatir dengan kondisi keuangan. Namun, sekali lagi, Tuhan menenangkan hati kami dengan memberikan saya promosi lagi. Saya pikir, saat itu kami akan berhenti di tiga anak dan tidak akan menambah lagi.

Tetapi dua tahun setelah kelahiran anak ketiga kami, istri saya hamil lagi. Saat mengetahui dirinya hamil yang keempat kalinya, istri saya menangis. Ia merasa cukup dengan tiga anak. Ia khawatir dengan kondisi finansial kami, dan sebagai pribadi yang menyukai dunia kerja dan berkarir, ia sempat merasa cemas. Dia sempat merencanakan, setelah ketiga anak kami agak besar, dia bisa kembali bekerja sebagai scientist. Saya hanya bisa mengingatkan dia bahwa anak-anak adalah titipan Tuhan. Jika Tuhan mempercayakan satu anak lagi kepada kami, itu berarti Dia percaya pada kami, dan Dia tidak akan membiarkan kami kekurangan. Dia pasti akan menyediakan yang terbaik dari apa yang kami butuhkan.

Ternyata benar, sekali lagi Tuhan menyatakan rencana-Nya dalam hidup kami. Saya kembali mendapatkan promosi, dan istri saya mendapat kesempatan mengajar piano secara part-time di sekolah musik. Itu adalah mimpinya sejak lama: menjadi guru musik dan memiliki sekolah musik sendiri ketika ia sudah cukup dengan dunia scientist.

Hingga kini, kami bisa menikmati karier yang sesuai dengan panggilan hati masing-masing. Saya bisa bepergian untuk bekerja, sementara istri mengajar musik. Itulah pelangi-pelangi yang Tuhan selalu sediakan bagi kami, sebagai wujud kasih-Nya yang begitu besar kepada keluarga kami.

Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi. Apabila kemudian Kudatangkan awan di atas bumi dan busur itu tampak di awan, maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, segala yang bernyawa, sehingga segenap air tidak lagi menjadi air bah untuk memusnahkan segala yang hidup. Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi.” (Kej 5:13-16)
(ANT)

Categories:

Tags:

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *