Kemarin rasanya adalah ulang tahun yang paling hectic dalam hidup saya. Dipikir-pikir, semuanya lancar-lancar saja dari pagi hingga malam. Jalan pagi, makan siang ulang tahun, ke birthday party teman dekat anak-anak di sekolah, misa sekeluarga, makan malam, dan packing. Yang terakhir inilah yang mungkin “tidak biasa” dan cerita di sekitar packing ini lah yang membuat pikiran saya tidak santai.
Pagi ini, satu hari sesudahnya, saya pergi ke Melbourne. Entah kenapa saya merasa trip kali ini membuat saya nervous. Kalau diingat lagi, saya sudah pernah ke Melbourne tahun lalu skitar 3 hari untuk training kantor. Kali ini saya pergi untuk juga mengikuti conference yang seperti “training” namun ditambah bahwa saya akan menjadi speaker di depan puluhan orang asing untuk mensharingkan pemikiran dan pengalaman saya secara professional. Inilah bedanya yang membuat saya gugup.
Public speaking adalah salah satu bagian dari big dream saya. Flash back sebelum COVID, saya sedang di tengah pelatihan di komunitas untuk menjadi public speaker untuk melayani di komunitas. Di tahap pertama pelatihan, kami mendaftar sebagai peminat. Setelah mengikuti beberapa kelas, kami diberikan satu project untuk presentasi dan kemudian ada beberapa teman dan gembala berperan sebagai judge untuk meneguhkan apakah mereka merasa kami mempunyai talenta dan sudah siap melanjutkan. Setelah selesai pelatihan, hasilnya dimasukkan ke dalam amplop.
Ketika saya membuka amplop saya, hati saya melonjak kegirangan karena saya ternyata diteguhkan untuk melanjutkan perjalanan saya! Bagi saya momen tersebut sangat penting karena akhirnya saya diteguhkan untuk menemukan suatu “panggilan” atau “tujuan” saya selama saya hidup di dunia. Perjalanan tersebut berhenti di tengah jalan karena COVID, dan setelahnya ketika program sudah akan dilanjutkan, saaya telah memulai perjalanan panggilan yang lain dengan pindah ke Perth.
Tidak pernah terbayang dalam hidup saya bahwa saya akhirnya akan meneruskan kelas public speaking saya di negara lain dan dalam bidang yang lain, yaitu menjadi speaker secara professional di bidang pekerjaan saya. Bagi saya ini adalah anugerah Tuhan. Only by His grace, I can do all these things dan akhirnya akan segera terbang untuk menyelesaikan tugas pertama saya.
Jadi, kalau memang semuanya ini adalah anugerah Tuhan, kenapa saya mesti gugup dan panik? Pertanyaan inilah yang semakin kencang terngiang dalam pikiran saya. Sharing suami saya ketika sel mengingatkan saya akan KRK minggu lalu. Di salah satu bagian, Romo Eko membagikan analogi Tuhan sebagai pohon anggur dan kita adalah ranting-rantingnya. Saya perlu mengubah mindset saya dari “saya berjuang dan meminta pertolongan Tuhan” menjadi “Tuhan yang membuat saya mampu berjuang”. Dari yang tadinya merasa berjuang mati-matian lalu kalau mulai merasa tidak sanggup teriak “Tuhan, tolong!” menjadi percaya bahwa Tuhan sudah ada di sana dari awal dan mengerjakan semuanya bersama dengan kita.
Yohanes 15:5-7 “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
Teman-teman, hari ini, dalam segala hal apapun yang kita hadapi, mari mengingat kembali bahwa Tuhan lah yang dari awal menuntun, memampukan, dan ada terus bersama dengan kita. (LGA)
No responses yet