One of my Sunday morning routine is going to Pilates class. It is something I always look forward to. Tidak terkecuali beberapa minggu lalu ketika saya baru kembali dari liburan. Rasanya sudah tidak sabar untuk berolahraga lagi.

Kelas pagi itu cukup ramai dengan total 11 orang yang hadir. Namun yang membedakan dari kelas biasanya adalah dari 11 orang itu, 5 orang adalah orang-orang baru. Dalam hati saya bergumam: “this is going to be an interesting class”, karena hampir setengahnya adalah mereka yang minim atau bahkan mungkin tidak ada pengalaman dengan pilates.

Benar dugaan saya. Kehadiran para “newbie” membuat flow kelas menjadi berbeda. Tidak sesmoooth dan seefisien biasanya karena sang trainer harus memberi perhatian lebih ke orang-orang baru ini dengan mengajarkan setiap gerakan, mengoreksi postur yang salah, dll.

Seusai kelas saya biasanya merasakan high on endorphin and feel accomplished. Namun tidak yang kali ini. Saya merasa kelas ini seperti turun level karena banyak gerakan yang dipermudah untuk menyesuaikan kebutuhan orang-orang baru yang hadir.

Saya pulang ke rumah dengan perasaan agak kecewa. Kecewa karena sudah semangat 45 datang kelas tapi kelasnya kurang greget. Namun di tengah kekecewaan saya itu, ada suara dalam hati yang menyadarkan saya: “Dulu kamu juga seperti mereka lho, anak baru yang tidak tahu apa-apa tentang pilates.” Hati saya tersentak. Iya juga ya, dulu saya yang ada di posisi mereka. Pertama kali ikut kelas, tidak tahu menahu akan seperti apa kelas dan gerakannya. Bahkan saya ingat betul outfit yang saya pakai pun salah, saya mengenakan kaus kaki olahraga biasa instead of grip socks untuk pilates. Rookie mistake, they said.

Fast forward ke masa sekarang, I can say that I have gotten stronger since my first ever pilates class five years ago. Tapi ya itu … the growth took many years, it didn’t happen overnight. There were times I feel discouraged with my progress but I chose to persevere and keep going.

Galatians 6:9 says “if we are consistent, if we steadfastly keep sowing our seed into the ground and refuse to allow weariness to derail us, a time will come when we shall reap”.

All my growth, I should also give credit to the trainers. Dari nol mereka mengajar saya. Tentu tidak langsung bisa semua gerakan, but they are being patient and understanding with my progress. They make allowance for my faults, they give me chances to keep improving. Yang paling terutama: they don’t give up on me.

Pernah sekali di kelas, saya jatuh hilang keseimbangan. Saya malu banget pengen hilang rasanya saat itu juga dan gak balik kelas lagi. Tapi di akhir kelas gurunya bilang: “Don’t worry about today. People fall all the time. Make sure you come again next week, okay?!”. Wow, just wow.

To be tolerant with one another and to be patient with other people’s progress: that is hard. But we have to remember that God is working with us individually and particularly. Therefore, everybody grows and matures differently. Nobody is close to perfect. Therefore, we are to bear one another in love and we will not cease to love others because of their faults. Colossians 3:12-13 says “So, as those who have been chosen of God, holy and beloved, put on a heart of compassion, kindness, humility, gentleness, and patience. Bearing with one another, forgiving each other.”
God Bless (AS)

Categories:

Tags:

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *