Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Selasa, 01 Februari 2022

2 Sam 18:9-10,14b,24-25a,30 -19:3
Mzm 86:1-6
Mrk 5:21-43

Mengapa?

“dan memohon dengan sangat kepada-Nya: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup”. – Mrk. 5:23

Ketika berbincang dengan istri saya, dia mengungkapkan bahwa ada kejadian seakan-akan Allah menjadi tidak adil, yaitu orang baik hidupnya menderita sementara banyak orang jahat hidupnya enak dan banyak kemudahan.
Bacaan Injil hari ini juga menceritakan tentang dua mukjizat kesembuhan didalam kurun waktu yang singkat. Penyembuhan pertama adalah kepada seorang wanita yang menderita pendarahaan yang sangat lama, dan yang kedua adalah membangkitkan anak dari Yairus. Dan seakan-akan Yesus menjadikan semua itu mudah. Hal ini membuat saya merenungkan tentang orang-orang sakit yang terus berharap mukjizat tetapi bukan kesembuhan yang mereka dapatkan melainkan penyakit yang dideritanya semakin parah. Mengapa?

Apakah orang tersebut kurang beriman? Kurang berdoa? Ada ban-yak pikiran yang melayang-layang di otak saya. Dan pada akhirnya saya mendapatkan gambaran tentang kisah Ayub, yang seakan-akan dihajar oleh Allah dengan banyaknya peristiwa menyedihkan di hidupnya.
Ketika kita ditimpa kejadian yang kurang menyenangkan, bukan berarti Allah sedang menghukum kita. Mungkin saja Allah sedang memurnikan agar kita layak masuk Kerajaan-Nya yang abadi. Bayangkan kesempatan ini diberikan kepada kita, bukan kepada orang lain. Bukankah itu artinya Allah sangat mencintai kita? (An)

Bagaimana cara saya memandang kehidupan yang sedang saya jalani?

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *