Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Kamis, 12 Juli 2018

Hos 11:1,3-4,8-9
Mzm 80:2-3,15-16
Mat 10:7-15

Tuhan tak pernah diam

Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.
– Mat 10:10

Seorang pastor mengungkapkan kisahnya ketika tinggal di biara dan masih menjadi frater. Ketika itu, bruder yang mengajar di sana dengan tegas dan sedikit “memaksa” para frater untuk turun gunung. Mereka tidak dibekali makanan, seperti ibu yang membawakan bekal untuk anaknya ke sekolah. Para frater yang tidak pernah keluar dari biara menjadi takut dan bingung mau ke mana. Tak ada saudara, tak ada kenalan. Mereka diutus berdua-dua untuk melayani orang lain di luar biara.

Akhirnya mereka mulai melangkahkan kaki ke pemukiman penduduk dan ternyata Tuhan tak pernah diam. Penyertaan-Nya dirasakan secara nyata dan tak ada kesulitan yang berarti yang dialami para frater. Mereka dapat berkarya membantu apapun yang dibutuhkan penduduk sekitar. Mereka memberikan yang terbaik dari hati sehingga mereka disukai dan diharapkan kembali kehadirannya.

Begitupun dengan kehidupan kita masing-masing. Kita lahir di dunia tanpa membawa bekal apapun, bahkan baju dan alas kakipun tidak. Segala kesulitan dan beban kehidupan menanti dalam perjalanan hidup kita. Rasa takut dan bingung akan menjadi sesuatu yang sulit untuk dihindari. Namun, di atas itu semua, Tuhan tak pernah diam, karena Dialah yang mengutus kita anak-anak-Nya untuk berkarya di dunia ini dan memuliakan nama-Nya. (Md)’

Sudahkah saya menghasilkan karya yang baik untuk orang lain?

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *