Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Selasa, 29 Mei 2018

1Ptr 1:10-16
Mzm 98:1-4
Mrk 10:28-31

Give all, get more

..sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan,
ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat. – Mrk 10:29-30a

Beberapa hari lalu, saya mendengarkan kesaksian seorang penyanyi. Awalnya ia adalah seorang muslim yang taat beribadah. Suatu kali, Alkitab seorang teman tertinggal di rumahnya. Didorong oleh rasa penasaran, ia membukanya dan membaca tulisan yang berbunyi, “Kita patut percaya bahwa Yesus benar-benar ada.” Tak berhenti di situ saja, saat berdoa malam, tulisan yang dibacanya tadi seolah kembali terngiang di telinganya.

Sesudah berdoa, ia tidur. Beberapa jam kemudian, ia dibangunkan oleh sebuah ketukan pintu. Ia melihat ada sosok bercahaya yang tersenyum dengan ramah memandangnya. Selama beberapa tahun ia memendam hal itu seorang diri sebelum akhirnya bercerita kepada temannya, dan temannya berkata bahwa itulah waktunya untuk melayani Tuhan.

Singkat cerita, dengan kekuatan dan keyakinan yang ia miliki, akhirnya ia mengambil keputusan untuk pindah agama tanpa diketahui oleh keluarganya. Setelah itu, ia memulai pelayanan di mana-mana dan berkat Tuhan melimpah dalam dirinya. Segala keinginannya terpenuhi. Tak hanya kegembiraan yang ia peroleh, duka dalam mengikuti-Nya pun ia alami. Keluarganya pun akhirnya tahu dan tidak mengakuinya sebagai anak. Meski semua itu dialaminya, ia tetap berserah kepada Tuhan. Beberapa bulan kemudian, ayahnya yang merupakan sosok dengan kepribadian yang keras, kembali menghubungi dan menerimanya kembali.

Dari kesaksian itu, kita dapat melihat begitu besar kasih-Nya dan Ia tidak pernah ingkar janji. Ketika kita meninggalkan segala sesuatunya demi Dia, meprioritaskan-Nya di atas semuanya, Ia hadir dan turut bekerja, memenuhi segala kebutuhan kita, bahkan memberikannya berlebih. Tidak hanya kedamaian, berkat, dan kesempatan boleh melayani-Nya, tetapi keluarganya pun satu per satu kembali menerimanya. (Cr)

Sudahkah saya memprioritaskan Tuhan di atas segalanya?
Maukah saya meninggalkan segalanya demi mengikuti dan melayani-Nya?

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *