Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Kamis, 06 April 2017

Kej 17:3-9
Mzm 105:4-9
Yoh 8:51-59

MAUT TIDAK SELAMANYA

Sesungguhnya barangsiapa menuruti firmanKu, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. – Yoh 8:51

Menghadapi pergumulan hidup dan masalah-masalah yang saya alami, saya pernah meragukan iman saya. Mengapa saya mengalami hal ini? Sampai kapan saya harus membawa beban ini? Kapan Tuhan akan mengangkat penderitaan ini? Bahkan pernah terpikir bahwa mungkin mati itu lebih enak karena tidak harus merasakan sakit lagi. Tapi saya sadar bahwa pikiran ini adalah pikiran yang egois karena artinya tidak berani menghadapi realita dan malah akan menyusahkan banyak orang.

Puji Tuhan, sejak remaja saya telah dibekali oleh firman Tuhan bahwa ada kehidupan kekal setelah kematian jasmani. Jadi, bunuh diripun tidak ada gunanya. Karena toh saya akan tetap hidup setelah itu. Hanya saja pilihannya antara surga dan neraka. Justru kalau saya mati lalu menjadi penghuni neraka, barulah maut, beban, dan penderitaan saya akan menjadi selamanya. Jelas saya tidak mau!

Firman Tuhan mengajarkan bahwa penderitaan kita di dunia ini hanyalah sementara dibandingkan dengan saat kehidupan kekal nanti. Maka, saya memegang teguh bahwa penderitaan, maut, dan beban yang ada sekarang ini hanyalah sementara saja.

Bukanlah hal yang mudah dan ringan untuk dijalani, tetapi semua itu ada nilainya. Penderitaan kita bila kita jalani di dalam Kristus, ada nilainya. Tuhan melihat hati kita dan kemuliaan Tuhan menanti kita saat kita kembali kepada-Nya. Marilah kita menjadi tahan uji dan tidak mudah menyerah. Maut tidak akan selamanya bila kita di dalam Tuhan. (Aw)

Apa cara saya untuk bertahan saat mengalami penderitaan?

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *