Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Minggu, 07 Februari 2021

Ayb 7:1-4,6-7
Mzm 147:1-6
1Kor 9:16-19,22-23
Mrk 1:29-39

Hidup Itu Berat

Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan? – Ayb 7:1

Seorang teman yang terjangkit Covid-19 menceritakan kisahnya. Dengan penuh kesadaran, ia menyiarkan perihal dirinya yag terpapar melalui akun media sosialnya dan meminta teman atau rekan kerja yang pernah berhubungan langsung dengan dirinya untuk segera memeriksakan kesehatannya juga.

Hal pertama yang ia katakan, ia tidak pernah mempertanyakan Tuhan “kenapa harus saya?” di saat ia mendapatkan berkat melimpah dalam hidupnya – ketika mendapatkan beasiswa kuliah ke luar negeri, ketika mendapatkan pekerjaan bergengsi di sebuah perusahaan ternama, ketika berkeluarga, ketika mendapatkan putri yang cantik. Lalu sekarang ketika badai kehidupan menerpa, apakah ia perlu mempertanyakan hal itu?

Kami sebagai teman yang cukup mengenalnya tahu betul betapa ia sangat berhati-hati dan menjaga kesehatannya karena rasa tanggung jawabnya kepada diri sendiri dan keluarganya. Namun semua harus dihadapi dan dijalani. Kesembuhannya harus diperjuangkan demi keluarga dan masa depan putri kecilnya. Bukankah semua bergumul? Tidak hanya dirinya saja yang berada dalam kondisi sulit seperti ini. Di luar sana masih ada banyak orang yang mengalami kondisi yang mungkin lebih sulit lagi.

Jadi, tidak perlu merasa mengasihani diri sebagai orang paling malang di dunia ini. Hidup harus terus berjalan. Dan selama masih berjalan, hidup harus terus diperjuangkan karena memang hidup itu berat. (Md)

Apakah saya sering mengasihani diri sendiri?

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *