Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 18 Maret 2017

Mi 7:14-15,18-20
Mzm 103:1-4,9-12
Luk 15:1-3,11-32

IA BERBICARA DI SANA

Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali. – Luk 15:32

Yang saya alami ketika melakukan perbuatan yang tidak benar adalah tidak ada damai sejahtera dan penyesalan yang menimbulkan rasa tersiksa dalam batin saya. Jika saya – manusia yang penuh dosa dan rapuh – bisa merasakan suatu kesedihan ketika jatuh di dalam dosa, tentu Allah yang Maha Kudus merasakan kesedihan yang jauh lebih besar melihat milik dan ciptaan-Nya yang berharga jatuh ke dalam kubangan dosa.

Tidak ada dosa yang kita perbuat karena ketidaksengajaan, karena Tuhan selalu hadir dalam hati nurani kita. Ia berbicara di sana dan tidak sekalipun Ia lalai untuk mengingatkan kita ketika kita hendak membuat pilihan melakukan dosa. Ketika kita berbuat dosa, kita kembali menyalibkan Yesus. Kemurahan Allah yang Ia turunkan melalui Yesus untuk mengangkat kita naik dari lembah dosa, kita abaikan begitu saja.

Namun demikian, Allah tidak pernah berhenti mengulurkan tangan-Nya bagi kita semua, Ia tetap menunggu kita agar kita juga mengulurkan tangan untuk memegang tangan-Nya agar Ia dapat menarik kita kembali ke jalan-Nya.

Mari kita merenungkan misteri kasih Allah yang sungguh besar. Ia adalah Allah yang adil bagi pelanggar hukum-Nya, namun Ia juga Allah yang lembut dan penuh kasih, yang dengan setia selalu memberi kesempatan kepada kita untuk melakukan pertobatan.

Pertobatan kita akan membuat hati Tuhan bergembira, layaknya orang tua yang bersukacita karena anaknya kembali pulang ke rumah. (In)

Bapa, curahkanlah rahmat-Mu agar saya dapat mengasihi Engkau dengan benar dan lebih sungguh melalui pertobatan secara nyata.

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *