Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Rabu, 20 September 2017

1Tim 3:14-16
Mzm 111:1-6
Luk 7:31-35

ATAS DASAR KASIH

Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis. – Luk 7:32

Orang yang cenderung menganggap dirinya paling benar sering melempar kritik yang menyakitkan. Jika kita melakukan A, ia akan mempertanyakan dan mengatakan B yang paling tepat. Tapi kita yakin jika kita melakukan sebaliknya, ia akan mengatakan A yang benar.

Setiap hari kita bisa mendengar berita tentang orang yang mengkritik Tuhan dan Gereja. Tidak jarang kritik itu datang dari dalam gereja sendiri. Kalau yang mengkritik adalah seorang yang dalam gereja, akan menjadi hal yang paling sulit dihadapi. Mereka akan berargumen dengan menggunakan dasar Kitab Suci. Kitab Suci menjadi Kitab Hukum dan acuan untuk menghakimi orang lain. Hal ini terjadi ketika kita membaca Alkitab dengan pendekatan otak daripada pendekatan hati.

Allah adalah kasih, dan kasih timbul dari dalam hati. Sikap kita terhadap seseorang akan lebih dalam apabila diawali dengan adanya kasih kepada orang tersebut. Seperti seorang ibu yang mengasihi anaknya. Ketika anaknya berbuat salah, sekalipun menegur, ibu akan lebih membawa pesan mendidik daripada menghakimi. Ini jelas sekali berbeda dengan kritikan yang menghakimi.

Di sinilah kita bisa melihat perbedaan antara kritikan para ahli Taurat terhadap Yesus dan kritikan Yesus terhadap mereka. Kita paham bahwa jika kita berbuat salah, sekalipun kita merasa dikritik Tuhan, kritikan-Nya tidak menuduh kita tetapi justru mengingatkan kita akan kasih-Nya kepada kita. (Pt)

Apa dasar yang saya gunakan ketika menegur orang lain?

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *