Renungan Katolik “Bahasa Kasih”
Sabtu, 17 Desember 2016

Kej 49:2,8-10
Mzm 72:1-4,7-8,17
Mat 1:1-17

BERKAT BUAH HATI YANG LUHUR

Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya. – Kej 49:10

Dalam adat istiadat Yahudi, anak sulung mempunyai derajat tertinggi sesudah ayahnya, dan jika si ayah berhalangan, anak sulung mempunyai otoritas atas adik-adiknya. Oleh sebab itu, berkat kesulungan diberikan kepada anak sulung. Tapi mengapa Yakub memberikannya kepada Yehuda, bukan kepada Ruben anak sulungnya?

Kita ingat kisah Yusuf yang menjadi penguasa di Mesir. Saat Kanaan dilanda kelaparan, Yakub menyuruh kesepuluh puteranya, kecuali Benyamin si bungsu, pergi ke Mesir untuk memperoleh makanan. Karena Yusuf ingin bertemu dengan Benyamin, maka ia melakukan trik menyandera Simeon agar saudara-saudaranya kembali dengan membawa Benyamin. Akhirnya, Yehuda berhasil mendapat persetujuan ayahnya setelah berjanji menjadi penanggung bagi Benyamin (Kej 42-43).

Setelah mendapatkan gandum di Mesir, putra-putra Yakub dalam perjalanan pulang ke Kanaan. Tapi karena Yusuf ingin menahan Benyamin, lagi-lagi ia menuduh mereka mencuri sehingga mereka dibawa kembali ke rumah Yusuf. Yehuda merasa sangat bertanggung jawab dan dengan sungguh-sungguh ia menyampaikan permohonan demi Benyamin dan ayahnya, agar ia saja yang dijadikan budak menggantikan Benyamin.

Karena kepeduliannya akan ayahnya yang sudah tua dan karena upayanya yang luhur untuk berkorban agar Benyamin tidak ditahan, Yehuda terbukti lebih unggul daripada saudara-saudaranya yang lain. Karena itulah berkat kesulungan diberikan kepadanya.

Teman, sikap peduli kepada yang lemah, miskin, dan tersingkir adalah sikap yang sangat luhur dan saat yang tepat kita lakukan di dalam masa Adven ini. Raja Damai yang sebentar lagi kita peringati kelahirannya memberkati kita. (Yo)

Bentuk kepedulian apa yang saya lakukan dalam masa Adven ini?

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *